Gambar pilu yg menyayat, saat2 menjelang Yesus Kristus/ Isa Almasih mati tersiksa dan terhina di atas kayu salib karena dosa2 saya dan sdr/i, masihkah saya mencintai dosa?
Haruskah DIA menderita hina lagi di salib karena dosa2 yg saya 'candui' yg enggan saya tinggalkan?
Terjemahan bebas roh nubuat menggambarkan :
Yesus Kristus bersama dengan BapaNya saat menciptakan dunia.
Namun di tengah-tengah penderitaan Anak Allah yang menyengsarakan itu, hanya orang buta dan mereka yg tertipu saja yg tidak merasakan.
Para imam kepala dan tua-tua menghina Anak Allah yang terkasih saat berada dalam penderitaan-Nya.
Namun, alam mengeluh dalam simpati pada Penulisnya yang berdarah dan sekarat.
Bumi bergetar.
Matahari menolak untuk menyaksikan pemandangan itu.
Langit mengumpulkan kegelapan.
Malaikat yg menyaksikan adegan penderitaan itu sampai tidak sanggup melihat lagi,
dan menyembunyikan wajah mereka dari pemandangan mengerikan itu.
Kristus sedang sekarat!
Senyum BapaNya hilang,
dan malaikat tidak diizinkan untuk meringankan waktu yang mengerikan itu.
Mereka hanya dapat melihat dengan takjub Panglima yang mereka cintai,
Yang Mulia dari surga, menderita hukuman di atas salib karena pelanggaran manusia atas hukum Bapa.
Tulisan aslinya :
Jesus had united with the Father in making the world. Amid the agonizing sufferings of the Son of God, blind and deluded men alone remain unfeeling. The chief priests and elders revile God's dear Son while in His expiring agonies. Yet inanimate nature groans in sympathy with her bleeding, dying Author. The earth trembles. The sun refuses to behold the scene. The heavens gather blackness. Angels have witnessed the scene of suffering until they can look no longer, and hide their faces from the horrid sight. Christ is dying! He is in despair! His Father's approving smile is removed, and angels are not permitted to lighten the gloom of the terrible hour. They can only behold in amazement their loved Commander, the Majesty of heaven, suffering the penalty of man's transgression of the Father's law. 2T 209.2

Comments
Post a Comment