Aktif ikut Yesus Kristus, rajin melayani di gereja, terlibat di semua 'event' rohani, piawai berkhotbah dan menginjil, tidak jaminan selamat ?
Menyaksikan dengan mata kepala sendiri mujizat2 TUHAN tidak juga jadi jaminan akan tetap setia kepadaNYA sampai akhir ?
Mengasihi Yesus Kristus dan selalu ingin bersamaNYA, ingin berubah jadi lebih baik, berharap semakin serupa dengan DIA juga bukan jadi patokan ?
Penginjil ulung, mampu buat mujizat, apa cukup ?
Wah... berat banget kayaknya 'nih...
Jadi, apa sesungguhnya yg sangat mendasar yg wajib dipraktek'in orang yang 'ngaku umat percaya ?
Tulisan bebas roh nubuat mengamarkan :
Yudas bergabung dengan para murid ketika banyak orang mengikuti Kristus. Ajaran Juruselamat menggerakkan hati mereka ketika mereka bergantung pada kata-kataNya, yang diucapkan di sinagoga, di tepi pantai, di atas gunung.
Yudas melihat orang sakit, orang lumpuh, orang buta, berduyun-duyun datang ke Yesus dari kota-kota. Dia melihat orang yang sekarat terbaring di kakiNya. Dia menyaksikan karya besar Juruselamat dalam menyembuhkan orang sakit, mengusir setan dan membangkitkan orang mati.
Dia merasakan di dalam dirinya sendiri bukti kekuatan Kristus. Dia mengakui bahwa pengajaran Kristus lebih unggul dari semua yang pernah didengarnya. Dia mengasihi Guru Agung, dan ingin bersamaNYA. Dia merasakan keinginan untuk diubah dalam karakter dan kehidupan dan berharap untuk mengalami ini dengan menghubungkan dirinya dengan Yesus.
Juruselamat tidak menolak Yudas. Dia memberinya tempat di antara dua belas murid. Dia mempercayainya untuk melakukan pekerjaan seorang penginjil. Dia memberkati dia dengan kekuatan untuk menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan.
Tetapi Yudas tidak menyerahkan diri sepenuhnya kepada Kristus. Dia tidak menyerahkan ambisi duniawinya atau cintanya kepada uang.
Ketika dia menerima posisi sebagai pelayan Kristus, dia tidak membawa dirinya di bawah cetakan ilahi. Dia merasa bahwa dia bisa mempertahankan penilaian dan pendapatnya sendiri, dan dia mengembangkan sikap mengkritik dan menuduh.
Tulisan aslinya :
Judas had joined the disciples when multitudes were following Christ. The Saviour’s teaching moved their hearts as they hung entranced upon His words, spoken in the synagogue, by the seaside, upon the mount. Judas saw the sick, the lame, the blind, flock to Jesus from the towns and cities. He saw the dying laid at His feet. He witnessed the Saviour’s mighty works in healing the sick, casting out devils, and raising the dead. He felt in his own person the evidence of Christ’s power. He recognized the teaching of Christ as superior to all that he had ever heard. He loved the Great Teacher, and desired to be with Him. He felt a desire to be changed in character and life, and he hoped to experience this through connecting himself with Jesus. The Saviour did not repulse Judas. He gave him a place among the twelve. He trusted him to do the work of an evangelist. He endowed him with power to heal the sick and to cast out devils. But Judas did not come to the point of surrendering himself fully to Christ. He did not give up his worldly ambition or his love of money. While he accepted the position of a minister of Christ, he did not bring himself under the divine molding. He felt that he could retain his own judgment and opinions, and he cultivated a disposition to criticize and accuse. {DA 716.4}

Comments
Post a Comment